Waktu itu malam minggu. Aku berjanji akan mengantarkan pacarku pulang karena kebetulan waktu itu aku sedang tidak ada kerjaan. Sekalian malam mingguan gitu. Hehehe
Sebelumnya, kami mengaji dulu di madrasah. Kebetulan, kami satu pengajian. Sungguh, senangnya dalam hati. Satu pengajian dengan orang yang aku sukai. Saat kami saling bertatap muka, dia selalu melemparkan senyum yang manis. Sungguh, sejuta rasanya! Kadang, aku suka tersenyum sendiri bagaikan orang gila.
Waktu berlalu. Dan akhirnya, kami pulang ngaji. Waktu itu, aku merasa sedikit merinding. Aku orang yang penakut. Tapi aku malu, masa’ udah punya pacar kok penakut? Aku pun memaksakan untuk mengantarkan pacarku pulang.
“Tadi siang, ada orang meninggal lho di sekitar sini.” Pacarku sedikit menakutiku.
“Aah... Aku nggak takut. Kita kan sama-sama akan mati. Jadi, kenapa mesti takut? Lagipula, kan ada kamu disini. Hehe.” Aku sedikit menyemangati diriku sendiri. Meski waktu itu suasananya sepi sekali dan membuatku takut.
“Beneran nih?”
“Asli! Aku nggak takut!” Aku meyakinkan diriku.
“Iya deh, aku percaya.” Ucap pacarku dengan nada sedikit meledek.
Selama perjalanan, kami berdua mengobrol kesana kemari. Sampai ada perasaan di hatiku untuk melihat ke sebuah pohon besar di pinggir jalan. Aku memberanikan diri untuk melihat pohon itu karena rasa penasaran yang teramat besar. Dan aku pun melihat pohon itu. Jengjeng! Ada sesosok manusia sedang duduk-duduk di dahan pohon. Dia perempuan. Aku merinding. Rasa takutku muncul. Dan tiba-tiba, langkahku terhenti.
“Hei! Kenapa berhenti?” Tanya pacarku bingung.
“C-c-coba lihat ke pohon besar itu! Apa kau melihat sesuatu?”
“Aaaahhh!!! Hantu!!!” Pacarku menjerit dan dengan refleks memelukku erat-erat. Tak berpikir apa-apa lagi dan memelukku semakin erat.
Tentu aku kaget bercampur bahagia. Baru kali ini aku dipeluk oleh perempuan. Dan rasanya itu lho, angeet!
Aku pun terpaku. Tiba-tiba, rasa takutku hilang. Mungkin, efek dari pelukan itu yang membuat rasa takutku hilang. Aku memberanikan diri untuk mendekatinya meski berat langkahku karena dipeluk erat sekali.
“Jangan dekati dia! Ayo kita pergi! Kumohon!” Dia memelas padaku.
Sebenarnya, aku juga tidak mau mendekatinya. Tapi, rasa penasaranku mengalahkan semuanya. Dan aku pun mencoba untuk meyakinkan pacarku bahwa aku akan mendekatinya.
“Tunggu sebentar. Aku penasaran.” Aku berbicara layaknya pria pemberani. Hehe.
Aku mendekat, terus mendekat, makin mendekat, dan kian mendekat. Dan tiba-tiba, Wuusshh!!! Sosok itu menghilang. Tak seperti yang ku kira, ternyata hantu itu ketika didekati akan menghilang. Waw! Aku menjadi pemberani sekarang. Hebatnya... Hehe.
“Kamu gak apa-apa kan, say?” Pacarku cemas.
“Aku nggak apa-apa kok. Itu hal biasa.” Aku meyakinkan.
“Kalo gitu, ayo terusin perjalanannya!”
“Ayo, tapi...”
“Tapi apa?”
“Nanti, peluk aku lagi ya! Hehe.”
“Ish! Iya deh, kapan-kapan. Jadi ketagihan nih kayaknya...”
“Bukan ketagihan, kecanduan. Jiahaha!”
“Ish! Yaudah, ayo terusin perjalanannya!”
Dan kami pun meneruskan perjalanan. Dan sampailah di tempat tujuan. Aku pun pamit pulang. Pulang dengan perasaan yang sangat bahagia.
Sesampainya di rumah, aku mengetuk pintu, dan... BYUUURRR!!! Ibu mengguyurku.
“Dari mana aja sih?! Udah malem begini!” Ibu marah-marah.
“Anu ma, anu...”
“Laaah! Gak ada alasan! Malam ini, kamu tidur di luar!”
BRUK! Ibu menutup pintu. Dan malam ini, aku tidur di luar dalam kedaan basah kuyup. Huh! Akhir yang menyedihkan. Tapi, itu semua sudah terbayar oleh pelukannya yang hangat. Dan aku pun tertidur pulas di teras depan rumah dengan keadaan basah kuyup.
0 comments:
Post a Comment